Thursday, June 21, 2007

Karakter TK dan TJBK di Kebonharjo


Penjarahan hutan yang terjadi pada awal reformasi menyisakan banyak Tanah Kosong (TK) di KPH Kebonharjo. Adanya tanah kosong ini berdampak pada lingkungan terutama pada perlindungan tanah dan air. Tanah yang terbuka tanpa penutupan oleh vegetasi sangat berpotensi untuk terjadinya erosi. Apalagi jika ditambah tanah kosong tersebut digarap oleh masyarakat, maka pengolahan tanah yang dilakukan oleh pesanggem dapat memperbesar tingkat erosi. Bagaimana upaya untuk melindungi tanah dan air pada tanah kosong ?

Selain TK, perhutani dihadapkan pada banyaknya TJBK (tanaman jati bertumbuhan kurang), sehingga bisa mengancam pada aspek finansial ke depannya. Lalu bagaimana TJBK berperan dalam konservasi tanah dan air ?

Bagaimana upaya untuk memperbaiki dan mengelolanya agar kembali hijau dan rimbun ?maka sebelum menyusun strategi pengelolaan TK dan TJBK tersebut, perlu diketahui dulu karakter dari lahan tersebut.
Berikut beberapa karakteristik TK dan TJBK di KPH Kebonharjo






1. Tanah Kosong bertanaman jagung






2. Tanah kosong berterasering



3. TJBK semak rapat
Bagaimana strategis managemennya????
bersambung

Monday, June 11, 2007

Dua KPH tunggu hasil main assessment

Dua Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yakni KPH Kendal dan Kebonharjo unit I Jawa Tengah saat ini dalam posisi menunggu hasil main assessment. Saat ini dua KPH tersebut dengan didampingi TFT (Tropical Forest Trust) sedang berupaya keras untuk menyelesaikan point-point yang sekiranya masih mayor berdasarkan hasil main assessment bulan Desember 2006 kemarin. Jika tidak, maka kedua KPH tersebut akan gagal meraih sertifikasi dari FSC (Forest Stewardship Council), padahal untuk mempersiapkan penilaian sertifikasi ini, membutuhkan waktu yang tidak sebentar (4 tahun).
Beberapa hal yang masih harus diperbaiki adalah aspek lingkungan. Dimana aspek lingkungan selama ini belum tersentuh dalam pengelolaan hutan yang dikelola oleh BUMN ini. Sebut saja di dalam RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) yang ada saat ini, aspek lingkungan dan sosial belum masuk, hanya ada aspek produksi saja. Padahal, pengelolaan hutan lestari menuntut hutan itu lestari secara ekologi (lingkungan), produksi (ekonomi) dan sosial. Sehingga perlu ada pembenahan di dalam RPKH, KPH Kebonharjo sudah memnyusun RPKH yang memasukan aspek lingkungan dan sosial yang diberi nama dokumen RPHL (Rencana Pengelolaan Hutan Lestari). Selain itu, aspek manajemen biodiversity pun harus memperoleh tempat khusus dalam pengelolaan hutan lestari ini. Semua intruksi kerja/Petunjuk kerja (SOP) yang ada di perhutani, pelaksanaannya harus memperhatikan aspek lingkungan. Bagaimana manajemen terhadap kawasan hutan yang kritis (tanah kosong/TK dan TJBK) dalam rangka upaya konservasi tanah dan air, serta aspek kegiatan illegal lainnya seperti pertambangan galian C, bagaimana upaya atau tindakan nyata di bidang lingkungannya.
Selain aspek lingkungan, aspek keamanan (forest security), ketenagakerjaan (workers right) dan masalah tenurial lainnya pun ternyata perlu di benahi lagi. Apabila hal ini sudah dibenahi semua, apakah kedua KPH tersebut akan memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari ???
Kita tunggu saja nanti. Dan masih ada tiga KPH yang lainnya yang masih mempersiapkan diri untuk diassessment tahun 2006 ini yakni KPH Ciamis, Cepu dan Randublatung. Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai yang ditargetkan. Perhutani bekerjasama dengan TFT untuk mensukseskan teraihnya sertifikat pengelolaan hutan lestari.
Salam Hutan Lestari
(Lt.5 gedung Graha Pena Semarang)

Hutan Jatiku Mulai Meranggas


Bulan Juni ini sudah mulai memasuki musim kemarau. Musim angin timur sudah mulai datang, yakni dengan ditandainya perubahan suhu di lautan lepas, dan gelombang pasang di laut utara Jawa (menurut BMG).

Ada yang menarik dan menggelitik pikiran saya ketika musim kemarau saya berada di tengah hutan jati. Daun-daun jati mulai berguguran. Hamparan hutan yang tadinya hijau sepanjang mata memandang, seketika menjadi gersang. Yang ada hanya angin lembut berlalu, tiada lagi aroma khas daun jati, yang ada hanya irama syahdu dari serasah daun jati yang berhamparan di lantai hutan. Rasanya tidak ada hutan di bulan Juli.

Apa yang menjadi tanya di dalam pikiran saya?

Hutan jatiku bertasybih padaNya dengan menggugurkan daunnya,

"Maha Suci Alloh, Maha Besar Alloh, Tiada Tuhan selain Alloh"