Thursday, September 20, 2007

MANAJEMEN TK DAN TJBK

TK (Tanah Kosong) dan TJBK (Tanaman Jati Bertumbuhan Kurang) yang ada di dalam kawasan hutan perhutani, merupakan suatu permasalahan yang harus segera diselesaikan. Penyelesaian ini yakni dengan segera merehabilitasinya. Namun, untuk merehabilitasi lahan tersebut perlu perencanaan yang tepat. Mengapa demikian ? Sebab tanah kosong dan TJBK yang ada sekarang diduga memiliki tingkat erosi yang tidak kecil, terutama lokasi yang ada garapannya.

Berdasarkan hasil analisis pendugaan tingkat erosi pada lokasi tanah kosong dan TJBK yang berada di KPH Kendal dan Kebonharjo menunjukkan bahwa lokasi tanah kosong dan TJBK yang ada garapan (tanaman pertanian hanya satu-dua jenis dan tidak menerapkan tindakan konservasi) dengan kemiringan agak curam-curam memiliki tingkat erosi yang tinggi-sangat tinggi. Sedangkan pada lokasi tanah kosong yang berupa semak belukar rapat dan TJBK yang tidak ada garapan memperlihatkan tingkat erosi yang rendah-sangat rendah. Sementara pada lokasi agak curam-curam yang sudah menerapkan tindakan konservasi namun belum tepat (misal : guludan, guludan tegak lurus kontur) memiliki tingkat erosi sedang-tinggi. Meskipun sudah menerapkan tindakan konservasi yang benar misalnya teras bangku, namun jika tanaman pertanian yang ditanam hanya satu-dua jenis saja, maka tingkat erosinya masih sedang-tinggi.

Oleh karena itu, perencanaan rehabilitasi tanah kosong dan TJBK harus disesuaikan dengan tingkat erosinya. Pada lokasi-lokasi yang faktor sosialnya sangat tinggi (masyarakat sangat lapar akan lahan) maka strategi pengelolaan diterapkan pada aspek jenis tanaman pertanian dan tindakan konservasi yang harus dilakukan. Pemilihan jenis tanaman pertanian harus yang memiliki nilai C relatif kecil dan atau menerapkan sistem multikultur. Artinya jenis tanaman pertanian yang ditanam harus lebih dari 3 atau 4 jenis. Sedangkan untuk tindakan konservasi, maka harus membuat terasering sipil teknis (guludan, teras gulud, teras bangku, teras kredit disesuaikan dengan kemiringan lahan) dan atau penanaman tanaman penguat teras (misal: lamtoro, vetiver, rumput gajah dll).